Sabtu, 21 Januari 2012

Apakah Galileo Galilei dibunuh Gereja Katolik?

Pertanyaan:

Dear katolisitas,
Saya sering mendengar dari orang2 bahwa Galileo dihukum mati oleh Gereja Katolik karena mengajukan teori heliosentris dan menolak geosentris. Apakah hal ini benar? Mohon penjelasannya. Terima kasih – Thomas

Jawaban:

Shalom Thomas,
Terimakasih atas pertanyaannya. Memang banyak orang yang salah sangka dan mengatakan bahwa Galileo dihukum mati oleh Gereja Katolik. Namun hal ini tidaklah benar. Mari kita melihatnya satu persatu:
  1. Ada banyak teori yang dikemukakan dalam kasus Galileo. Namun secara obyektif, kita melihat ada kesalahan yang dilakukan oleh pihak Galileo dan juga oleh Gereja.
  2. Sebelum Galileo, Nicolaus Copernicus (1473-1543) telah mempresentasikannya kepada Gereja Katolik tentang teori “heliocentric”. Bahkan Vatican sendiri membantu untuk mempublikasikannya, setelah melalui proses editing. Dan akhirnya dipublikasikan dengan bantuan Cardinal Schonberg dan Tiedemann Giese, uskup dari Culm dengan persetujuan Paus Paul III. Hanya teori inidikatakan masih berupa ” hipotesa“. Tidak ada yang menentang hipotesa ini, termasuk Paus. Malah reaksi keras akan adanya teori ini datang dari teolog Protestan. Untuk lengkapnya, dapat dilihat di: New Advent – Nicolaus Copernicus. Jadi dari sini kita melihat bahwa Gereja Katolik tidak anti science, namun malah mendorong kemajuan science, yang diteruskan sampai sekarang. Sungguh sangat disayangkan bahwa banyak orang beranggapan bahwa Gereja menentang science dan menyembunyikan science dari manusia untuk mempertahankan kekuasaan.
  3. Galileo Galileo (1564-1642) yang tertarik dan mendukung teori heilocentric dari Copernicus, mencoba membuktikan bahwa teori heliocentric adalah benar, dengan beberapa argumentasi yang tidak memenuhi standard science pada waktu itu. Namun dengan keadaan tersebut, Galileo tetap berkeras bahwa teori yang dikemukakannya adalah benar. Hal inilah yang menjadikan pertentangan dengan Gereja Katolik pada saat itu. Dan hal ini menimbulkan kebingungan di kalangan umat. Kemudian Galileo menghadap tim investigasi di Roma dan dari situ dinyatakan bahwa teori heliocentric tidak dapat dibuktikan sesuai dengan standard science pada waktu itu, sehingga dinyatakan salah, juga bidaah dan anti Alkitab. Galileo harus mencabut pernyataannya, dan Galileo berjanji tidak akan mengajarkan teori ini lagi.
  4. Galileo benar ketika dia mengatakan bahwa Alkitab ditujukan untuk mengajarkan manusia bagaimana untuk mencapai surga. Bahkan kardinal Bellarmine yang mempunyai pengaruh besar pada waktu itu mengatakan “Saya katakan bahwa jika sebuah bukti yang konkrit ditemukan bahwa matahari tetap dan tidak berputar mengelilingi bumi, tetapi bumi mengelilingi matahari, maka menjadi sangat penting, secara hati-hati, untukmelakukan penjelasan dari beberapa ayat di Kitab Suci yang terlihat kontradiksi, dan kita lebih baik mengatakan bahwa kita telah salah menginterpretasikan semua ini daripada mengumumkan bahwa hal itu adalah salah seperti yang telah dibuktikan”. Hal ini berarti bahwa Gereja Katolik mempunyai sikap bahwa kalau teori tersebut dapat dibuktikan sesuai dengan standard pembuktian science pada waktu itu, dan terbukti benar, maka Gereja akan berfikir bagaimana menginterpretasikan Alkitab, sehingga tidak bertentangan dengan kebenaran tersebut. Di sinilah Galileo benar, bahwa Alkitab bukanlah buku science, namun mengajarkan orang untuk mencapai surga.
  5. Walaupun Galileo telah berjanji mentaati untuk tidak mengajarkan teori tersebut, namun Galileo mengingkarinya dengan menerbitkan buku di tahun 1632. Dan kemudian Galileo dihadapkan pada tim investigasi dan kemudian Galileo menjalani tahanan rumah sambil melakukan penitensi. Namun sungguh sangat salah kalau dikatakan seolah-olah Galileo tidak diperlakukan tidak manusiawi, karena baik selama proses investigasi dan tahanan rumah, Galileo mendapatkan fasilitas yang sangat baik. Pada tahun 1642, dia meninggal dan 5 tahun sebelum meninggal dia mengalami kebutaan. Paus Urban VIII memberikan berkat khusus buat Galileo, dan jenasahnya dikuburkan di dalam Gereja Santa Croce di Florence. Hal ini dapat dibaca di New Advent – Galileo Galilei.
  6. Dari hal ini, sejarah membuktikan bahwa Gereja Katolik tidak membunuh Galileo. Apakah ada kesalahan yang dibuat oleh Gereja Katolik? Ya, terutama adalah tim investigasi pada waktu itu, yang mungkin kurang bijaksana menyikapi kasus ini. Di sisi yang lain, Galileo sendiri tidak dapat membuktikan kebenaran teorinya sesuai dengan standard science pada waktu itu dan tetap memaksakan sesuatu yang belum terbukti sebagai suatu kebenaran. Dari sinilah Cardinal Ratzinger mengutip Paul Feyerabend, seorang filsuf dari Austria yang mengatakan ” Pada jaman Galileo, Gereja lebih setia terhadap akal budi dibandingkan dengan Galileo sendiri“. Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa “Pada akhir dari milenium ke dua, kita harus mengadakan pemeriksaan batin bagaimana kita sekarang, bagaimana Kristus telah membawa kita, dan bagaimana kita telah menyimpang dari Injil”. Dan memang Gereja yang masih mengembara harus terus memurnikan diri, karena walaupun Gereja itu Kudus (karena Kepala dari Gereja, Kristus, adalah kudus), namun mempunyai anggota yang berdosa (KGK, 827).
Dan saya ingin menggarisbawahi bahwa pada waktu Paus memberikan suatu doktrin yang tidak mungkin salah, harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Lumen Gentium, 25; Code of Canon Law, 748. 1): 1) Dia berbicara dalam kapasitasnya sebagai Paus, bukan sebagai pribadi, 2) Pengajaran yang dilakukan adalah untuk seluruh dunia, bukan hanya untuk beberapa keuskupan, 3) Ajaran tersebut adalah dalam area iman dan moral – jadi bukan science. Dan kebenaran ini, dijanjikan oleh Yesus sendiri di Mat 16:16-19.
Semoga uraian di atas dapat menjawab pertanyaan Thomas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org
Untuk Sumber dan Tanya Jawab silahkan klik disini


1. Mengapa Galileo Galilei dihadapkan pada tim investigasi Gereja?

Hal ini akan lebih dapat dipahami jika kita berusaha memahami keadaan masyarakat pada jaman abad pertengahan sampai pada abad 17, di mana peran Gereja sangat besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Sebab para imam/ biarawan terutama kaum Jesuit pada saat itu banyak yang menjadi ahli dalam ilmu pengetahuan, seperti matematika, biologi, kedokteran, metalurgi, dst, termasuk astronomi. Pada saat itu sikap para ilmuwan adalah mengembangkan ataupun menyelaraskan apa yang mereka pelajari dengan apa yang mereka ketahui sebagai Wahyu Ilahi yang dinyatakan dalam Kitab Suci.
Berikut ini saya menyarikan informasi yang netral dari Wikipedia, dan juga dari sumber- sumber lainnya:
Dalam hal astronomi khususnya prinsip heliosentris (matahari sebagai pusat jagad raya) yang diajarkan oleh Galileo Galilei, hal ini menjadi sangat menarik, karena seolah- olah, hal ini berlainan dengan apa yang tertulis dalam Kitab Suci, yang menyatakan sepertinya bumi-lah yang menjadi pusatnya (geosentris), seperti tertulis dalam Mzm 93:1, 96:10 dan 1 Taw 16:30 yang mengatakan, “Sungguh tegak dunia (bumi), tidak bergoyang” (lihat juga ayat Mzm 104:5, Pkh 1:5). Galileo berargumen, bahwa sesungguhnya ayat- ayat ini harus dianggap sebagai puisi, dan tidak harus diinterpretasikan secara literal. Nah untuk inilah pihak Gereja membutuhkan pembuktian dari Galileo, sebelum dapat menyetujui interpretasi ayat- ayat tersebut, karena pada umumnya, cara interpretasi Kitab Suci yang diajarkan oleh Gereja Katolik adalah, pertama- tama harus diterima arti literalnya terlebih dahulu; baru kemudian arti spiritualnya; kecuali jika pengartian secara literal itu sama sekali tidak mungkin/ tidak masuk akal.
Pada tahun 1616, Galileo menyampaikan bukti teori heliosentris kepada Kardinal Orsini, yaitu adanya pasang air laut, yang menurut Galileo disebabkan oleh perputaran bumi pada porosnya dan perputaran bumi terhadap matahari. Memang teori ini memberikan dasar pemikiran akan pentingnya bentuk dasar lautan dalam hal ukuran dan waktu terjadinya pasang. Namun sebagai alasan terjadinya pasang, teorinya ini keliru. Sebab jika teori ini benar, maka akan hanya terjadi satu kali saja pasang yang tinggi setiap harinya, padahal kenyataannya di Venesia, contohnya, terdapat dua kali pasang, dengan jeda sekitar 12 jam. Terhadap pernyataan Galileo ini ilmuwan Albert Einstein mengatakan, bahwa Galileo mengembangkan “argumen yang mengagumkan” ini tanpa dikritisi, karena keinginannya menemukan bukti fisik tentang pergerakan bumi.
Pada tahun yang sama, Galileo bertemu dengan Kardinal Bellarminus, dan ia menyampaikan teori heliosentris tersebut. Awalnya Kardinal Bellarminus tidak menolak hipotesa tersebut, namun setelah beliau mengetahui bahwa bukti- bukti yang disampaikan Galileo tidak memadai, maka ia kemudian mengeluarkan dekrit yang melarang publikasi teori tersebut. [Larangan ini sesungguhnya masuk akal, karena sebetulnya, bukti yang memadai yang bisa membuktikan teori heliosentris adalah, jika dapat dihasilkan suatu pemetaan jalur pergeseran paralel dari bintang-bintang karena pergesaran orbit bumi mengelilingi matahari. Namun hal tersebut tidak dapat diamati dengan teknologi pada saat itu, sebab konfirmasi stellar parallax yang dapat mengamati jalur pergeseran tersebut baru ditemukan oleh Friedrich Wilhelm Bessel ditahun 1838].
Galileopun untuk sementara waktu tunduk pada larangan ini, sampai pada tahun 1623 saat Kardinal Maffeo Barberini, seorang pengagumnya, menjadi Paus, dengan nama Paus Urban VIII. Pada tahun ini, Galileo diijinkan oleh Paus untuk melanjutkan penelitian atas hipotesanya, asalkan 1) memberi argumen- argumen tentang hal- hal yang mendukung dan menentang teori heliosentrism, 2) agar pandangannya tentang hal ini dimasukkan dalam buku tersebut. Galileo hanya memenuhi permintaan yang kedua dalam bukunya yang diberi judul Dialogue Concerning the Two Chief World Systems. Namun, sengaja atau tidak, Galileo memasukkan pandangan Paus itu dalam tokoh Simplicio, sebagai pendukung teori geosentris-nya Aristoteles, yang dibuatnya menjadi tokoh yang bodoh/ pandir. Maka Galileo bukannya menampilkan hal pro dan kontra secara netral, tetapi cenderung untuk membela pandangannya yang pro terhadap heliosentris ini- walaupun ia belum dapat memberikan bukti yang meyakinkan secara ilmiah untuk mendukung teorinya. Oleh karena itu, Galileo kehilangan dukungan dari Paus yang merasa dilecehkan olehnya, dan juga oleh para astronom Jesuit. Akhirnya Galileo dikenakan tahanan rumah sampai ia diadili oleh Pengadilan Inkuisisi tahun 1633, atas tuduhan mengajarkan teori yang bertentangan Kitab Suci, yaitu bahwa matahari tidak bergerak sebagai pusat jagad raya. Namun atas kebaikan Uskup Agung Siena, akhirnya Galileo diperbolehkan pulang ke villanya di dekat Florence tahun 1634 sampai wafatnya di tahun 1642, setelah menderita demam dan serangan jantung, di usia yang ke 77.

2. Apakah akibatnya pada perkembangan iman umat saat Galileo mengatakan teorinya?

Seperti telah diuraikan di point 1, teori heliosentris yang diajarkan oleh Galileo berhubungan dengan cara menginterpretasikan Kitab Suci. Magisterium Gereja Katolik berpegang kepada Tradisi Suci mengajarkan bahwa Kitab Suci pertama- tama harus diartikan secara literal, dan baru kemudian secara spiritual. Dengan kata lain, hanya jika suatu ayat tidak mungkin diartikan secara literal, baru dapat dinyatakan bahwa ayat itu hanya untuk diinterpretasikan secara spiritual. Untuk mengubah interpretasi menjadi arti spiritual saja pada ayat- ayat tersebut (Mzm 93:1, 96:10 dan 1 Taw 16:30), nampaknya masih merupakan perdebatan saat itu, karena pihak Gereja menghendaki buktinya terlebih dahulu. Penjelasan ini diperlukan, sebab jika tidak orang dapat menyangka bahwa apa yang ditulis dalam Kitab Suci adalah salah, padahal sebenarnya yang salah adalah interpretasinya. Tetapi untuk sampai pada kesimpulan ini, Gereja membutuhkan kepastian terlebih dahulu, bahwa ayat itu memang tidak dapat diartikan secara literal.

3. Prinsip science apa yang belum dapat dibuktikan oleh Galileo?

Ini sekilas sudah dijawab di point 1, dan secara lebih mendetail sudah pernah dijawab di sini, silakan klik.

4. Pandangan Gereja tentang Science?

Gereja tidak memusuhi science/ ilmu pengetahuan. Beato Paus Yohanes Paulus II pernah menyimpulkannya dalam pendahuluan surat ensikliknya yang berjudul Fides et Ratio: “Iman dan akal budi adalah seperti dua sayap yang dengannya roh manusia akan naik merenungkan kebenaran; dan Tuhan telah menempatkan di dalam hati manusia keinginan untuk mengetahui kebenaran – dengan perkataan lain, untuk mengetahui dirinya sendiri- sehingga, dengan mengetahui dan mengasihi Tuhan, para laki-laki dan perempuan dapat juga sampai kepada kepenuhan kebenaran tentang diri mereka sendiri (lih. Kej 33:18; Mz 27:8-9; 63:2-3; Yoh 14:8; 1 Yoh 3:2).
Dengan kata lain kerjasama antara akal budi dan iman ini penting untuk mencapai pemahaman akan Kebenaran, sebab jika hanya salah satu saja yang dipegang, maka hasilnya menjadi tidak relevan: menekankan iman saja, tanpa memperhatikan korelasinya dengan akal budi, mengakibatkan fanatisme yang ekstrim, yang memerosotkan moral, karena sampai dapat membunuh orang lain yang berbeda pandangan; dan sebaliknya orang yang menekankan akal budi saja, dapat terjebak pandangan rationalisme dan relativisme, dan ini juga akan memerosotkan moral manusia di sisi yang lain, karena yang menjadi tolok ukur adalah diri sendiri dan apa yang bisa diterima oleh akalnya sendiri saja; tanpa mengindahkan tentang kebenaran obyektif yang sudah diwahyukan Allah.
Nampaknya ini yang terjadi pada Stephen Hawking. Ia adalah seorang ilmuwan, yang hanya mau berpegang kepada pembuktian empiris sehingga ia sampai pada kesimpulan yang keliru, yaitu bahwa tidak ada Tuhan, dan segala sesuatu di jagad raya itu tercipta dengan sendirinya. Sesungguhnya prinsip ini sendiri bertentangan dengan self-evident principle (prinsip yang sudah pasti benar/ tidak perlu dibuktikan), bahwa ‘seseorang tidak dapat memberi jika ia sendiri tidak memilikinya terlebih dahulu’, atau bahwa ‘sesuatu hanya dapat diciptakan oleh sesuatu yang lebih tinggi tingkatannya’. Sebab apapun yang diciptakan manusia, tidak pernah lebih tinggi martabatnya daripada manusia; dan karena itu, pasti ada “Sang Pencipta” yang lebih tinggi tingkatannya dari manusia, yang dapat menciptakan manusia; dan “Sang Pencipta” ini bukannya ‘ketiadaan’ (nothingness) yang tingkatannya lebih rendah dari manusia, dan juga lebih rendah dari hewan maupun tumbuhan. Pengingkaran tentang prinsip ini sendiri menjadikan teori Hawking menjadi tidak cocok dengan akal sehat, justru karena berlawanan dengan prinsip akal sehat, dan bukan berlawanan dengan dogma atau iman.
Selanjutnya, silakan membaca di artikel- artikel ini, Bagaimana Membuktikan bahwa Tuhan itu Ada?, silakan klik; dan juga Bagaimana hubungan Teori Evolusi dengan Iman, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

tambahan:menurut sumber Wikipedia,Galileo galilei diperlakukan secara terhormat bahkan putrinya Virginia menjadi Biarawati Katolik dengan nama suster Maria Celeste silahkan klik disini 

atau mau penjelasan lain? klik disini


.

1 komentar:

  1. teyori copernicus dan galileo bertentangan dengan kitab suci, yg geosentris, sebagaimana bunyi kitab suci torat yg menganut pendapat plato, arisoteles dan ptolomeos, ahli pikir besar dari yunani, dan udahlah, wong paus yuhanes udah mintak maaf,...

    BalasHapus